Senin, 22 Desember 2014

Resensi Film Milli&Nathan

RESENSI FILM
MILLI & NATHAN
Oleh:
DEBORA ELISABETH PURBA
NIM. 7123210008



JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN 2014

MILLI & NATHAN
Judul Film       : Milli & Nathan
Sutradara         : Hannya R. Saputra
Produser          : Frederica
Penulis             : Titien Wattimena
Tokoh Utama  : Olivia Lubis Jensen dan Chris Laurent
Tokoh Lain      : Sabai Morscheck, Chaca Rasidy Ariefiansyah, Fendy Chow, Frans Tumbuan,    
  Minati Atmanegara, HIM Damsyik, Mario Lawalata, Uwie Jasmine, Dave
  Alexander, Dimas Beck
Distributor       : Falcon Pictures
Genre Film      : Drama
Negara             : Indonesia
Tahun Rilis      : 2011
Durasi Film     : 110 menit
Sinopsis Film:
Milli dan Nathan saling suka dari SMU di Bandung. Nathan suka membantu Milli belajar, Milli dengan segala kelucuannya bisa mencairkan kekakuan Nathan. Mereka pun pacaran. Sampai lulus SMU, Nathan masuk ke universitas impiannya di Jakarta. Milli tetap di Bandung. Nathan memutuskan hubungan karena ingin konsentrasi dengan kuliahnya. Milli sebaliknya, tidak suka kuliah, Milli mau jadi penulis novel. Mereka masih saling merindukan. Sampai Milli akhirnya benar-benar berhenti kuliah dan menulis buku.
Dalam kunjungan Milli ke Jakarta, dia bertemu Nathan lagi. Mereka saling melepaskan kerinduan seperti layaknya orang pacaran. Milli pulang ke Bandung dengan kepercayaan bahwa mereka jadian lagi. Padahal Nathan tidak menganggapnya demikian. Milli kecewa. Peluncuran novel pertamanya, Milli sudah didampingi pacar baru. Nathan muncul lagi dan menyatakan penyesalannya, minta Milli kembali jadi pacarnya lagi. Milli marah. Menurut Milli, Nathan sudah seenaknya datang dan pergi dalam hidupnya. Milli tidak menerima Nathan.
Nathan pulang ke Jakarta dan berhasil lulus. Milli kembali sibuk dengan novel keduanya. Milli kemudian putus dengan pacarnya. Nathan kembali ke Bandung. Mereka berhubungan lagi, tetap dalam ketidakjelasan sebuah komitmen. Hingga Nathan memberi kabar bahwa dia akan menikah dengan wanita lain dan akan pindah ke Jakarta. Milli kaget, kecewa, dan marah.
Hidup tetap berlanjut. Milli menghapus Nathan dari hidupnya. Hingga akhirnya Milli tahu bahwa Nathan tak pernah benar-benar meninggalkannya.
Resensi Film:
Milli & Nathan adalah film drama remaja yang dibintangi oleh aktis cantik Olivia Lubis Jansen yang berperan sebagai Milli dan lawan mainnya yang tidak kalah tampan yaitu Chris Laurent sebagai Nathan. Skenario film ini sendiri ditulis oleh, Titien Wattimena, dari Milli dan Nathan remaja hingga dewasa. Yang membuat perbedaan film ini dengan film remaja lainnya adalah, penggarapannya yang serius, namun tetap tidak meninggalkan unsur hiburan Mili dan Nathan, sehingga film ini tetap ringan dan asyik untuk ditonton dan dinikmati. Milli and Nathan bisa dibilang bukan karya terbaru drama romantis dari seorang Hanny R. Saputra. Beliau dahulu pernah membuat Film Heart menuai kesuksesan. Yang membedakan Milli dan Nathan yang merupakan karya dari Hanny R Saputra kali ini adalah Beliau lebih mengutamakan unsur pendewasaan dalam suatu hubungan asmara. Unsur pendewasaan tersebut pun bukan langsung di usia dewasa tapi diceritakannya dari kisah remaja. Jadi terkesan ada suatu proses menuju kedewasaan setiap para pemain di film ini. Konflik yang sangat nyata dalam film ini adalah tarik ulur hubungan Milli dan Nathan/
Milli digambarkan sebagai cewek yang cantik, lucu, dan ceria, tipikal siswi yang santai dalam belajar karena cita-citanya menjadi seorang penulis. Kemudian, Milli berhenti kuliah karena  ingin fokus  membuat novel dan akhirnya sukses menerbitkan novel, novel pertamanya tentang Nathan. Nathan. Nathan digambarkan sebagai seorang siswa yang serius, sopan, pokoknya yang ada di fikirannya adalah  fokus belajar dan siap kuliah.
            Milli dan Nathan adalah teman satu sekolahan, mereka juga punya sahabat dekat yaitu Asti dan Oji. Kehidupan mereka tidak berbeda dengan kehidupan nyata yang dialami anak sekolahan jaman sekarang. Sering bermain bersama dan Milli sering menyontek tugas milik Nathan. Milli selalu santai dalam belajar karena itu Nathan sering mengajaknya belajar bersama. Dari situlah hubungan pacaran Milli dan Nathan dimulai. Ketika Nathan mengajari Milli pelajaran matematika, Nathan mengutarakan perasaannya ke Milli dengan kata-kata yang lucu dan mampu membuat para penonton malu-malu sendiri. Setelah itu hubungan mereka layaknya anak SMA yang sedang kasmaran. Banyak hal yang mereka lalui selama berpacaran, hingga saat lulus SMA, Milli menetap di Bandung karena ingin memulai karirnya menjadi seorang penulis dan Nathan melanjutkan pendidikannya di salah satu universitas di Jakarta. Mereka berpisah.
                Keinginan Milli untuk menjadi seorang penulis disetujui oleh semua anggota keluarganya walau dengan berat hati. Lalu Milli berhenti kuliah dan mulai fokus menulis. Hubungan keduanya berlangsung sampai mereka dewasa, hingga mereka sukses di bidangnya masing-masing. Milli merilis dua novel laris, sementara Nathan lulus dalam waktu yang ia inginkan dan menjadi lulusan terbaik pula. Selama menempuh jalan untuk mewujudkan mimpinya masing-masing, keduanya beberapa kali reuni. Dalam beberapa kesempatan tersebut, Milli mengajak Nathan balikan, tetapi Nathan terus menolak. Alasannya sama, yaitu ingin konsentrasi kuliah. Atas saran Asti -sahabat dekat Milli- akhirnya Milli mencoba move on dan mulai menulis novelnya. Saat itu dia juga udah punya pacar baru, yaitu Oscar dan sejak saat itu, Milli mulai  terlihat menikmati hidupnya dengan Oscar. Lalu Nathan datang dan meminta Milli kembali padanya tetapi Milli menolak, namun tak lama kemudian Milli dan Nathan kembali lagi menjalin hubungan kekasih. Sampai pada akhirnya, Nathan kembali mengecewakan Milli dengan mengatakan bahwa Nathan akan menikah dengan teman sekampusnya. Milli kecewa dan memutuskan untuk tidak menemui Nathan lagi.
Sampai waktu hari pernikahan Milli, Asti sahabatnya memberikan surat yang diberikan Nathan. Nathan menitipkannya pada adiknya dan berpesan agar surat itu diberikan kepada Milli ketika Milli sudah mendapatkan jodohnya. Surat itu berisi semua yang terjadi sebenarnya. Nathan tidak pernah meninggalkan Milli dan menikah dengan wanita lain. Nathan sebenarnya sakit dan Nathan tidak ingin seorang pun tahu tentang penyakitnya, terutama Milli. Sampai akhirnya Nathan meninggal dengan semua kenangan dengan Milli.
Milli & Nathan adalah jenis film yang tidak terikat dengan lokasi. Memang ceritanya berlokasi di Bandung dan Jakarta, yang terjelaskan dalam dialog sejumlah karakter. Sutradara mengemasnya begitu rupa sehingga penonton tidak akan sadar mereka sebenarnya sedang berada di mana. Mayoritas film didominasi oleh close-up wajah Milli, Nathan, dan wajah keduanya saat bersama. Sisanya adalah ketika kedua protagonis dengan teman-teman dekatnya, serta beberapa adegan yang menampilkan lanskap tempat Milli dan Nathan menghabiskan waktu bersama. Beberapa tempat tersebut adalah sekolah mereka dan sebuah gereja, yang keduanya tak bernama dan tak punya papan nama. Singkat kata, Bandung dan Jakarta menjadi tempelan belaka, yang hampir tidak berpengaruh ke cerita. Kedua kota tersebut hanya menjadi alasan bagi bahasa pergaulan yang dipakai seluruh karakter dalam film. Kedua kota tersebut juga hanya menjadi alasan verbal, yang menjelaskan kalau Milli dan Nathan menjalani hubungan jarak jauh tanpa status pacaran.
            Prioritas pembuat film Milli & Nathan jelas bukan mengangkat kedua lokasi ceritanya. Masalahnya, keabaian film terhadap konteks ruang menjadi titik berangkat keabaian film terhadap logika internal ceritanya. Apabila memang cerita Milli & Nathan  terjadi di Bandung dan Jakarta, dua kota besar di Indonesia yang persaingan hidupnya ketat, Milli tidak akan semudah itu menjadi penulis tingkat nasional dalam waktu singkat. Sebelum Milli mengutarakan niatnya menjadi penulis, tidak ada adegan yang menjelaskan kalau dia hobi menulis, atau setidaknya melakukan kegiatan menulis. Tidak ada juga adegan yang menunjukkan kedekatan dia dengan pihak penerbitan. Dari apa yang ditunjukkan dalam film, pengalaman menulis Milli baru sebatas menulis sejumlah sajak pendek, yang dikirim ke Nathan via Blackberry Messenger. Selang beberapa adegan, Milli tiba-tiba mempresentasikan novel pertamanya, yang dirilis dalam sebuah acara mewah yang dihadiri banyak orang. Adegan berikutnya, berita soal Milli dan novel debutnya masuk halaman depan sebuah koran nasional, menjadi tajuk utama pula. Cukup mengundang logika berfikir saya ketika menonton film ini. Zaman sekarang segalanya memang serba instan, namun apa yang Milli capai menurut saya terlalu instan.
Kejanggalan berikutnya yang mengundang Tanya bagi saya adalah kesuksesan Milli yang dibarengi dengan absensi keluarganya dalam cerita. Keluarga Milli beranggotakan enam orang, seorang ayah, seorang ibu, seorang kakak perempuan, dua kakak laki-laki, dan Milli sendiri. Semuanya ditampilkan di bagian pembuka film, ketika mereka menjalani rutinitas pagi di rumah. Keputusan Milli untuk berhenti kuliah dan menjadi penulis adalah keputusan yang penuh risiko, baik dalam kehidupan nyata maupun dalam film. Logisnya, kesuksesan Milli akan diapresiasi keluarganya, yang paling banyak berkorban ketika menerima dan mendukung keputusan Milli. Namun, mulai dari kesuksesan novel pertamanya hingga peluncuran novel keduanya, tidak tampak satu pun dari anggota keluarga Milli dalam film. Mendadak semuanya menghilang tanpa sebab, dan baru muncul lagi di akhir film ketika pernikahan Milli dan Kevin. Absensi tersebut menjadi tanda tanya tersendiri, baik bagi ikatan keluarga Milli, maupun bagi penggarapan logika dunia cerita Milli & Nathan oleh para pembuat filmnya. Seperti yang kita ketahui, Milli adalah seorang penulis tanpa gelar sarjana, yang sukses secara instan di sebuah kota besar di Indonesia, di mana persaingan hidup begitu ketat. Hal berikutnya yang secara instan tanpa penjelasan yang logis dalam film ini adalah keberadaan Kevin yang akhirnya menjadi suami dari Milli. Tidak ada skenario yang menjelaskan keberadaan Kevin sebelumnya. Kevin muncul dan tiba-tiba menjadi alternatif pilihan bagi Milli.
            Menurut saya, film Milli & Nathan dibalik semua kekurangannya, layak diacungi jempol. Sisi romantis dapat dilihat dari alur cerita film ini dan pengungkapan rangkaian kata dalam bentuk puisi yang disampaikan dalam film ini. Dan film ini menjadi sangat menarik dengan pemilihan lokasi pengambilan gambar. Tempat-tempat romantis menjadi pilihan tepat untuk film ini.
Banyak hal yang dapat saya petik setelah menonton film ini. Beberapa diantaranya adalah kemauan keras yang dimiliki Milli dalam mencapai impiannya menjadi seorang penulis. Ketulusan yang dimiliki kedua tokoh utama dalam film ini juga sangat layak di apresiasi. Karakter Milli sebagai seorang perempuan juga terbilang kuat dan tegar ketika seorang lelaki yang disayanginya meninggalkan dirinya dan kemudian hadir  kembali membawa harapan. Milli tetap menjadi seorang wanita yang tegar.
Hal menarik lainnya yang membuat saya menyukai film ini adalah kemampuan akting  dari para pemerannya, terutama Olivia Lubis Jensen dan Chris Laurent. Dalam film ini juga banyak kata-kata mutiara yang memiliki makna yang cukup dalam. Beberapa yang menjadi favorit saya adalah:
- Gembira dan sedih itu datangnya satu paket - Milli
- Setelah matahari, setelah langit, benda yang berwarna cerah adalah harapan - Milli 
- Do what I love and love what I do - Milli
- Setiap manusia memiliki sayap untuk terbang. Yang dibutuhkan adalah seseorang untuk
  melebarkan sayapnya - Milli
- Seni kehidupan adalah tinggal bersama luka dan di hari-harinya masih bisa tertawa - Milli
- Cinta itu seperti kopi, enak diminum kalo masih panas. Tapi resikonya jadi cepat habis. Biar
  gak cepat habis diminumnya pelan-pelan. Tapi resikonya jadi dingin - Milli
- Aku pergi bukan untuk meninggalkanmu, tapi justru untuk abadi bersamamu - Nathan
Walaupun pada akhirnya cinta Milli dan Nathan tidak berakhir dengan happy ending, namun akhir cerita dapat dilihat pengorbanan seorang Nathan untuk melepas Milli karena penyakit yang diderita oleh Nathan  dan menunjukkan bahwa cinta memang tak harus selalu memiliki, namun satu hal yang pasti, cinta itu tetap di hati selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar