Senin, 22 Desember 2014

Bahasa Indonesia Non-Baku

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG MASALAH
Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat.
Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibabkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia.
Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan. Misalnya kapan kita mempunyai ragam bahasa baku dipakai apabila pada situasi resmi, ilmiah. Tetapai ragam bahasa non baku dipakai pada situas santai dengan keluarga, teman, dan di pasar, tulisan pribadi, buku harian. Ragam bahasa non baku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan.

1.2.RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi masalah dalam makalah Bahasa Indonesia Non-Baku dan penggunaannya antara lain sebagai berikut:
1.             Apa pengertian bahasa Indonesia non-baku?
2.             Bagaimana ciri-ciri bahasa Indonesia non-baku?
3.             Bagaimana penggunaan bahasa Indonesia non-baku?

1.3. TUJUAN PENULISAN
1.             Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
2.             Agar mahasiswa mengerti bagaimana penggunaan Bahasa Indonesia Non-baku yang baik dan benar

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.PENGERTIAN BAHASA INDONESIA NON-BAKU
Istilah bahasa nonbaku ini terjemahan dari nonstandard language. Istilah bahasa nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah ragam subbaku, bahasa nonstandar, ragam tak baku, bahasa tidak baku, ragam nonstandar’.
Jhon, dan Heidi berpengertian bahwa bahasa nonstandar adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan menulis yang berbeda pelafalan, tatabahasa, dan kosakata dari bahasa baku dari suatu bahasa (nonstandard, used of speech or writing which differs in pronunciation, grammar, or vocabulary from the standard variety of the language) (1985 : 193).
Crystal berpengertian bahwa bahasa nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa yang tidak memenuhi norma baku, yang dikelompokkan sebagai subbaku atau nonbaku (linguistic forms or dialects which do not conform to this norm are then refered to as sub-standard or nonstandard) (1985 :286).
Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).
Alwasilah berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa yang biasa memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan pengucapan yang tidak biasa dipakai oleh mereka yang berpendidikan (1985 : 116).
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.

2.2.CIRI-CIRI BAHASA INDONESIA NON-BAKU
·      Bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung.
·      Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh: bilang, bikin, pergi, biarin.

2.3.PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA NON-BAKU
·         Penggunaan Kaidah Tata Bahasa
Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten. Misalnya:
a)      Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara ekpilisit dan konsisten. Misalnya:
Bahasa baku:
-    Gubernur meninjau daerah kebakaran.
Bahasa non-baku:
-    Pintu pelintasan kereta itu kerja secara otomatis.
b)      Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara ekspilisit. Misalnya:
Bahasa Baku:
-    Ia tidak tahu bahwa anaknya sering bolos.
Bahasa non-baku:
-    Ibu guru marah kepada Sudin, ia sering bolos.
c)      Pemakaian pola frase untuk peredikat: aspek+pelaku+kata kerja secara konsisten. Misalnya:
Bahasa Baku:
-  Surat anda sudah saya terima.
-    Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan.
Bahasa Tidak Baku:
-    Surat anda saya sudah terima.
-    Acara berikutnya kami akan putarkan lagu-lagu perjuangan.
d) Pemakaian konstruksi sintensis. Misalnya:
Bahasa Baku              Bahasa Tidak Baku
- anaknya                     - dia punya anak
- membersihkan           - bikin bersih
- memberitahukan       - kasih tahu
- mereka                      - dia orang


e)   Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsure gramatikal bahasa daerah. Misalnya:
Bahasa Baku
-    dia mengontrak rumah di Kebayoran lama
-    Mobil paman saya baru
Bahasa Tidak Baku
-    Dia ngontrak rumah di Kebayoran lama.
-    Paman saya mobilnya baru.

·         Penggunaan Kata-Kata Non-Baku
BAHASA BAKU
BAHASA TIDAK BAKU
Cantik sekali
Cantik banget
Lurus saja
Lempeng saja
Masih kacau
Masih sembraut
Uang
Duit
Tidak mudah
Engga gampang
Diikat dengan kawat
Diikat sama kawat
Bagaimana kabarnya
Gimana kabarnya
Masuknya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan atau yang perekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus. Misalnya:

·         Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan
Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD) EyD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca. Misalnya:

BAHASA BAKU
BAHASA NON BAKU
Bersama-sama
Bersama2
Melipatgandakan
Melipat gandakan
Pergi ke pasar
Pergi kepasar
Ekspres
Espres
Sistem
Sistim

·         Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan
Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafal daerah. Misalnya:
BAHASA BAKU
BAHASA TIDAK BAKU
Atap
Atep
Kalau
Kalo, kalo’
Habis
Abis, habizz
Senin
Senen
Mantap
Mantep
Hilang
Ilang
Dalam
Dalem

·         Penggunaan Kalimat Secara Efektip
Maksudnya, kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan pesan dengan pembicaraan atau tulisan kepada pendengar atau pembaca, persis seperti yang di maksud pembicara atau penulis.
Keefektifan kalimat ini dapat dicapai antara lain dengan:
1)      Susunan kalimat menurut aturan tata bahasan yang benar, misalnya:
Bahasa Baku
-    Pulau Buton banyak menghasilkan aspal.
-    Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya merasa
tidak aman.
Bahasa Tidak Baku
-    Di pulau Buton banyak menghasilkan aspal.
-    Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya pun.

2)      Adanya kesatuan pikiran dan hubungan yang logis didalam kalimat. Misalnya:
Bahasa Baku
-    Dia datang ketika kami sedang makan.
-    Loket belum dibuka walaupun hari sudah siang.
Bahasa Tidak Baku
-    Ketika kami sedang makan dia datang.
-    Loket belum dibuka dan hari tidak hujan.

3)      Penggunaan kata secara tepat dan efesien. Misalnya:
Bahasa Baku
-    Korban kecelakaan lalu lintas bulan ini bertambah.
-    Panen yang gagal memaksa kita mengimpor beras.
Bahasa Tidak Baku
-    Korban kecelakaan bulan ini naik.
-    Panen gagal memungkinkan kita mengimpor beras.

4)      Penggunaan variasi kalimat atau pemberian tekanan pada unsur kalimat yang ingin ditonjolkan. Misalnya:
Kalimat Biasa Kalimat Bertekanan
-    Dengan pisau dikupasnya mangga itu.
Kalimat Bertekanan
-    Pergilah dia dengan diam-diam.
-    Dengan pisaulah dikupasnya mangga itu.
-    Dia pergi dengan diam-diam.
-    Dengan pisau dikupasnya mangga itu.


2.4. ANALISIS RAGAM BAHASA  NON BAKU DALAM BAHASA INDONESIA
·         Saudara ketua, para hadirin yang terhormat
Kalimat tersebut jelas salah, karena mengandung makna jamak. Kata para sudah menyatakan jamak, begitu juga kata hadirin, sudah mengandung makna semua orang yang hadir, oleh karena itu tidak perlu dijamakkan lagi dengan menempatkan kata peserta para. Kalimat yang benar adalah: saudara ketua, hadirin yang terhormat
·         Waktu kami menginjak klinik di bulan September
 Kalimat diatas jelas salah, kata majemuk yang tepat dipakai adalah memasuki, kata perangkai ‘di’ tidak boleh ditempatkan di depan kata yang tidak menunjukkan kata tempat, jadi diganti dengan pada. Kalimat yang benar adalah: waktu kami memasuki klinik pada bulan September.
·         Berhubung beryangkitnya penyakit cacar perlu diambil tindakan
Kalimat diatas salah, kata penghubung yang harus selalu diikuti oleh, dengan, dan dibelakang kata cacar lebih baik dibubui koma. Jadi kalimat yang benar adalah: berhubung dengan berjangkitnya penyakit cacar, perlu diambil tindakan.
·         Atas perhatian saudara dihaturkan banyak terima kasih.
Kalimat diatas salah karena kata dihaturkan tidak ada dalam bahasa Indonesia, yang ada kata diucapkan selanjutnya kata banyak juga tidak dipakai, karena tidak lazim. Jadi kalimat yang benar adalah: atas perhatian saudara diucapkan terima kasih.
·         Seluruh sekolah-sekolah yang ada dikota ini tidak menyenangi sistem ujian itu.
Kalimat diatas salah. Kata seluruh sudah menunjukkan jamak. Jadi tidak perlu kata yang didepannya diulang, cukup seluruh sekolah. Selanjutnya kata depan di harus dipisahkan. Penulisan kata sisitim seharusnya sistem. Jadi kalimat yang benar adalah: seluruh sekolah yang ada dikota ini tidak menyenangi sistem ujian itu.
·         Seluru anggauta perkumpulan itu harus hadir pada jam 14.00 siang.
Kalimat diatas salah. Penulisan anggauta seharusnya anggota. Penulisan hadir seharusnya hadir (hiperkorek). Menunjukkan waktu dipakai kata yang tepat adalah pukul.Jadi kalimat yang benar adalah: Seluruh anggota perkumpulan itu harus hadir pukul 14.00.
·         Sejak mulai dari hari Senen yang lalu sangat sedikit sekali perhatiannya dipelajaran itu.
Kalimat diatas salah.Kata sejak, mulai, dan mencakup pengertian yang sama. Jadi pilih salah satu. Kata Senen adalah non baku, yang baku adalah Senin. Kata sangat, sekali mencakup pengertian yang sama. Kata depan ‘di’ pada kata dipelajari tidak tepat, seharusnya pada pelajaran. Jadi kalimat yang benar adalah: Sejak Senin yang lalu sangat sedikit perhatiannya pada pelajaran itu.
·         Saya sudah umumkan supaya setiap mahasiswa-mahasiswa datang besok hari Sabtu yang akan datang.
Kalimat diatas salah. Saya sudah umumkan, bahasa yang non baku, tidak memakai pola
frase verba. Kata setiap sudah menunjukkan jamak tidak perlu kata yang di depannya diulang. Kata besok tidak perlu, sebab membingungkan.
Kalimat yang benar: Sudah saya umumkan supaya setiap mahasiswa datang hari Sabtu yang akan datang.
·         Adalah sudah merupakan suatu kenyataan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan kesatuan resmi negara.
Kalimat di atas salah. Ungkapan adalah sudah merupakan suatu kenyataan bahwa adalah ungkapan mubazir, tanpa ungkapan itu makna sudah jelas pembaca sudah memahaminya.
Kalimat benar adalah: Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan dan bahasa resmi negara.
·         Sebagaimana telah ditetapkan pekerjaan itu biasanya dilakkukan tiga kali seminggu.
Kalimat diatas adalah salah. Penggunaan kata biasanya tidak perlu, karena makna kata itu sudah tersirat dalam ungkapan sebagaimam telah ditetapkan. Penulisan kata se- Minggu non bakau, yang baku adalah seminggu. Kalimat yang benar adalah: sebagaimana telah ditetapkan pekerjaan itu dilakukan tiga kali seminggu.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
            Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku mempunyai kode atau ciri bahasa dan fungsi pemakaian yang berbeda. Kode atau ciri dan fungsi setiap ragam bahasa itu saling berkait. Bahasa Indonesia baku berciri seragam, sedangkan ciri bahasa Indonesia nonbaku beragam.
            Pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang dibakukan atau yang dianggap baku adalah pemakaian bahasa Indonesia baku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa atau gramatikal bahasa baku.
            Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik dan benar adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan fungsi dan ciri kode bahasa Indonesia baku. Konsep baik dan benar dalam pemakaian bahasa Indonesia baik baku maupun nonbaku saling mendukung saling berkait. Konsep yang benar adalah pemakaian bahasa yang baik harus juga merupakan pemakaian bahasa yang benar..



DAFTAR PUSTAKA

Barus, Sanggup, M.Pd. dkk. 2014. Pendidikan Bahasa Indonesia. Medan: Unimed Press
Dimas, Andi. “Fungsi Ragam Bahasa Baku Dan Non Baku Dalam Bahasa Indonesia”. 28 September 2014. http://tugaskuliahandi.blogspot.com/2010/10/fungsi-ragam-bahasa-baku-dan-non-baku.html
Miarsih, Dyah. “Bahasa Non Baku”. 28 September 2014. http://dyahmiarsih.blogspot.com/2012/09/bahasa-non-baku.html
Komunitas Anak Sastra. “Analisis Bahasa Baku dan Non Baku Dalam Bahasa Indonesia”. 28 September 2014. http://anaksastra.blogspot.com/2009/03/analisis-bahasa-baku-dan-non-baku-dalam.html
Filesentani. “Contoh Kata Baku Dan Kata Non Baku Dalam Tata Bahasa Indonesia”. 28 September 2014. http://filesentani.blogspot.com/2013/06/contoh-kata-baku-dan-kata-non-baku.html
Ikhasu. “100 Contoh Kata Baku dan Non Baku”. 28 September 2014. http://ikhasu.blogspot.com/2009/10/100-contoh-kata-baku-dan-non-baku.html

Nawawi. “Makalah Bahasa Indonesia”. 28 September 2014. http://nawawi90.wordpress.com/2011/12/06/makalah-bahasa-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar